PENGARUH
BERBAGAI SUMBER ALELOPATI TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN JAGUNG ( Zea mays L.)
LAPORAN
OLEH :
GOODMAN
TAMPUBOLON / 140301141
AGROEKOTEKNOLOGI
III B
KELOMPOK
1
L A B O R A T O R I U M E K O L O G I T A N A M A N
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
PENGARUH
BERBAGAI SUMBER ALELOPATI TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN JAGUNG ( Zea mays L.)
LAPORAN
OLEH :
GOODMAN
TAMPUBOLON / 140301141
AGROEKOTEKNOLOGI
III B
KELOMPPOK
1
Laporan
Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Memenuhi Komponen Penilain
di Laboratorium Ekologi Tanaman Fakultas
Pertanian Program Studi Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara,Medan
Ditugaskan Oleh
Dosen Penanggung Jawab
(Dr.Nini Rahmawati.SP.Msi)
NIP : 197202152001122002
L A B O R A T O R I U M E K O L O G I T A N A M A N
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
F A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan
Syukur penullis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan paper ini pada waktunya.
Adapun judul dari Laporan ini adalah
“Pengaruh berbagai sumber alelopati
terhadap perkecambahan dan perkembangan jagung ( Zea mays L.) yang
Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian di Laboratorium
Ekologi Tanaman Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan.
Pada Kesempatan Ini Penulis Ingin Mengucapkan Terima Kasih Kepada Dose Mata Kulia Ekologi Tanaman Yaitu Dr. Nini Rahmawati , SP, Msi;
Ir. Irsal, MP; Dr. Ir. Yaya Hasanah, MP ; Dr .Ir. Chairani Hanum, MP ;
Ir. Hariati, MP; Serta Kepada Abnag dan Kakak Asisten Yang Telah Membantu Dalam Menyelesaikan Laporan Ini.
Penulis Menyadari Paper Ini Masih
Jauh Dari Sempurna, Oleh Karena Itu Penulis Mengharapkan Kritik Dan Saran Yang
Membangun Demi Kesempurnaan Paper Ini. Akhir Kata Penulis Mengucapkan Terima
Kasih.
Medan, April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang ...........................................................................................
1
Tujuan Penulisan
........................................................................................
4
Kegunaan
Penulisan ...................................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
.........................................................................................
6
Syarat Tumbuh
.......................................................................................... 8
Iklim
.....................................................................................................9
Tanah
..................................................................................................10
Alelopati …………………………………………………………….12
Kandungan
alelopati…………………………………………………15
Pengaruh Alelopati Terhadap Perkecambahan
Jagung (Zea mays L.)....................................................................17
BAHAN DAN METODE
waktu dan tempat………………………………………………………..19
Alat dan
Bahan…………………………………………………………..19
Prosedur percobaan ……………………………………………………..19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil………………….………………………………………………….20
Pembahasan………………………………………………………………23
KESIMPULAN
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung memiliki
adaptasi pertumbuhan yang luas sehingga memungkinkannya ditanam secara ektensif
di banyak daerah di dunia. Jagung adalah tanaman purba, sebagaimana ditunjukkan
dari sisaan kelobot yang terunut sampai sekitar 5000 SM, yang ditemukan di penggalian
sejarah gua Tehuacan, Meksiko. Domestikasi tanaman ini diperkirakan telah
dimulai pada kurun waktu tersebut (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Faktor
lingkungan tumbuh baik biotik maupun abiotik sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Lingkungan abiotik yang paling dominan
berpengaruh adalah lingkungan agroklimatik dan kesuburan lahan. Kesuburan lahan
terdiri dari berbagai unsur yang dapat memperbaiki pertumbuhan seperti unsur
hara dan mikroba tanah dan unsur atau senyawa yang dapat merusak pertumbuhan
tanaman terutama zat yang bersifat toksik di dalam tanah. Salah satu unsur atau
senyawa yang bersifat toksik bagi tanaman adalah senyawa alelopati (Djazuli,
2011).
Senyawa
alelopati yang pertama ditemukan pada tahun 1928 oleh Davis pada larutan hasil
“leaching” serasah kering Black Walnut (Kenari hitam) mampu menekan de
perkecambahan dan pertumbuhan benih tanaman yang ada di bawah pohon kenari
hitam tersebut. Sebelumnya dinyatakan pula bahwa eksudat tanaman bisa
menyebabkan terjadinya tanah yang marginal akibat adanya ekskresi atau eksudasi
akar tanaman sebelumnya (Djazuli dan Maslahah, 2012).
Alelopati
adalah interaksi biokimia antara mikroorganisme
ataupun tanaman baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.
Beberapa gulma yang telah terbukti bersifat alelopati adalah Ageratum
conyziodes L., Cyperus rotundus, Cyperus esculentus, Cynodon dactylon, dan
Imperata cylindrical. Gulma – gulma tersebut diketahui sangat kompetitif
terhadap tanaman dan mengakibatkan penurunan produksi (Moenandir, 1993).
Alelopati merupakan suatu golongan
senyawa kimia yang terdapat dalam suatu tumbuhan yang bersifat menekan
pertumbuhan tumbuhan lain yang berada disekelilingnya. Alelopati dapat
menimbulkan berbagai keadaan atau kondisi yang dapat menghalangi pertumbuhan
tumbuhan lainnya. Sebagai contoh adalah senyawa fenolik yang bersifat mendorong
terjadinya ketidak-aktifan hormon pertumbuhan. Disamping itu perubahan senyawa
monofenol menjadi polifenol juga akan mengganggu keseimbangan hormon sehingga
terciptanya kondisi yang dapat menekan pertumbuhan (Rahmani, 2012).
Amensalisme adalah interaksi yang
menekan satu organisme, sedangkan yang lain tetap stabil. Amensalisme juga
disebut sebagai suatu interaksi bersifat negatif, di-mana salah satu anggotanya
terhambat oleh adanya alelopati yang dilepaskan dan yang lain tidak
terpengaruh. Salah satu contoh amensalisme adalah interaksi alelokemis, yaitu
penghambatan satu organisme oleh organisme lain melalui pele-pasan produk
metabolit ke lingkungan. Interaksi alelokemis yang hanya melibat-kan tumbuhan
saja disebut alelopati. Senyawa-senyawa kimia yang mempu-nyai potensi alelopati
dapat ditemukan di semua organ tumbuhan termasuk daun, batang, akar rizoma,
bunga, buah dan biji (Universitas Negeri Semarang, 2011).
Tujuan Penulisan
Tujuan dari
penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui dan memahami efek pemberian
alelopati terhadap tanaman Jagung (Zea
mays L.)
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan
dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat
memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Ekologi Tanaman Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Menurut Purwono
dan Hartono (2004), jagung diklasifikasikan dalam
kingdom:Plantae,Divisi:Spermatophyta,Subdivisio:Angiospermae,Kelas:Monocotyledonae,Ordo
Graminae,Famili Graminaceae,Genus
Zea,Spesies : Zea mays L.
Sistem
perakaran jagung terdiri atas akar primer, akar lateral, akar horizontal, dan
akar udara. Akar primer adalah akar yang pertama kali muncul pada saat biji
berkecambah dan tumbuh kebawah. Akar lateral adalah akar yang tumbuh memanjang
kesamping. Akar udara adalah akar yang tumbuh dari bulu-bulu diatas permukaan
tanah (Najiyati dan Danarti, 1992).
Tanaman jagung
mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas
sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang
menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif.
Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan
pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Bundles vaskuler tertata
dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi, dan
lingkaranlingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang
begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi di
bawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe jagung yang mepunyai
batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal
di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles vaskuler (Subekti et al, 2009).
Daun jagung
tumbuh disetiap ruas batang. Daun ini berbentuk pipa, mempunyai lebar 4-15 cm
dan panjang 30-150 cm, serta didukung oleh pelepah daun yang menyelubungi
batang. Daun mempunyai dua jenis bunga yang berumah satu. Daun nya termasuk
daun sempurna dan disemlimuti oleh bulu-bulu halus sehingga apabila tergesek
akan terdengar suara gesekan (Najiyati dan Danarti, 1992).
Bunga jantan
terletak dipucuk yang ditandai dengan adanya rambut atau tassel dan
bunga betina terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan stil dan stigma
(Idris, Zainal, Mohammad, Lassim, Norman dan Hashim, 1982). Bunga jagung
tergolong bunga tidak lengkap karena struktur bunganya tidak mempunyai petal
dan sepal dimana organ bunga jantan (staminate) dan organ
bunga betina (pestilate) tidak terdapat dalam satu bunga disebut berumah
satu (Universitas Sumatera
Utara, 2008).
Buah jagung
terdiri atas tongkol, biji, dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk,
warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada
umumnya, biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau
berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji (Rukmana, 1997).
Tanaman ini
memiliki buah matang berbiji tunggal yang disebut karyopsis. Buah ini gepeng
dengan permukaan atas cembung atau cekung dan dasar runcing. Buah ini terdiri dari
endosperma yang mengelilingi embrio, lapisan aleuron
dan jaringan
perikarp
(kulit) yang
merupakan lapisan
pembungkus
(Tjitrosoepomo,
2001).
Syarat Tumbuh
Iklim
Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung
adalah daerahdaerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis
yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU
hingga 0-40 derajat LS. Pada lahan yang
tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar
85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji
tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal
musim hujan, dan menjelang musim kemarau (MIG Corp, 2010).
Curah hujan ideal sekitar 85-200
mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu
mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim
kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya
akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum
antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun
tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah
antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari
8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan
pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian
optimum antara 50-600 m dpl (Modul Pertanian, 2009).
Pertumbuhan
tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang
ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan memberikan hasil biji
yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara
21-34O C, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu
optimum antara 23-27O C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu
yang cocok sekitar 30O C. Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan
lebih baik daripada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan
biji dan pengeringan hasil (MIG Corp, 2010).
Tanah
Jagung dapat
tumbuh pada hampir semua jenis tanah mulai tanah dengan tekstur berpasir
hinggga tanah liat berat. Namun tanaman jagung akan tumbuh baik pada tanah yang
gembur dan kaya akan humus dengan tingkat derajat keasaman (pH) tanah antara
5,5-7,5, dengan kedalaman air 50-200 cm dari permukaan tanah dan kedalaman
permukaan perakaran (kedalaman efektif tanah) mencapai 20-60 cm dari permukaan
tanah, pada tanah yang berat, perlu dibuat drainase, karena tanaman jagung
tidak tahan terhadap genangan air
(Universitas Sriwijaya, 2010).
Jagung menghendaki struktur tanah
yang gembur dan berdrainase baik. Oleh karenanya, lahan yang akan ditanami
perlu dibajak kemudian digaru 2b kali sedalam
15-20 cm dan diratakan. Pada tanah dengan struktur ringan (porus),
seperti tanah alfisol, regosol, etisol, dan oxisol, dapat dilakukan pengolahan
tanah minimum (minimum tillage), yakni mengolah tanah sepanjang baris tanaman
(Wirawan dan Wahyuni, 2002).
Jagung
merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia. Penyebaran tanaman
jagung sangat luas karena mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai
lingkungan. Jagung tumbuh baik di wilayah tropis hingga 50° LU dan 50° LS, dari
dataran rendah sampai ketinggian 3.000 m di atas permukaan laut (dpl), dengan
curah hujan tinggi, sedang, hingga rendah sekitar 500 mm per tahun (Pinem et al, 2008).
Alelopati
Alelopati
adalah interaksi biokimia antara mikroorganisme
ataupun tanaman baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.
Beberapa gulma yang telah terbukti bersifat alelopati adalah Ageratum
conyziodes L., Cyperus rotundus, Cyperus esculentus, Cynodon dactylon, dan
Imperata cylindrical. Gulma – gulma tersebut diketahui sangat kompetitif
terhadap tanaman dan mengakibatkan penurunan produksi (Chairunnisa, 2014).
Alelopati
memainkan peranan penting di dalam agroekosistem yang menentukan ketentuan
secara meluas atas interaksi antara tanaman budidaya – tanaman budidaya, tanaman
budidaya – gulma dan antara ketiganya – tanaman budidaya. Pada umumnya
interaksi ini berbahaya bagi tanaman penerima tetapi memberikan keuntungan
khusus bagi tanaman pemberi. Mikroba di dalam tanah mempunyai fungsi utama di
dalam menjalankan interaksi dimana mereka tidak saja dalam interaksi alelopatik
secara natural saja namun juga meliputi senyawa alelopatik yang merupakan hasil
modifikasi (Rahmani, 2012).
Alelopati
adalah interaksi biokimia antara mikroorganisme atau tanaman
baik yang bersifat positif maupun negatif
(Molisch,1937 dalam Putnam dan Duke, 1978). Warnell
(2002) mendefinisikan alelopati sebagai suatu kadungan bahan kimia yang
bersifat aktif maupun pasif yang dibebaskan ke lingkungannya sehingga
mempengaruhi organisme lainnya. Senyawa alelopati kebanyakan dikandung pada
jaringan tanaman, seperti akar, ubi, rhizome, batang, daun, bunga, buah dan
biji yang dikeluarkan tanaman melalui cara penguapan, eksudasi akar, hasil
lindihan dan pelapukan sisa-sisa tanaman (Moenandir, 1988) yang mampu
mengganggu pertumbuhan tanaman lain di sekitarnya. Beberapa senyawa yang
diidentifikasi sebagai alelopati adalah flavanoid, tanin, asam fenolat,
asam ferulat, kumarin, terpenoid, stereoid, sianohidrin, quinon, asam sinamik
dan derivatnya (Fatmawati, 2012).
Alelopati
merupakan pelepasan senyawa bersifat toksik yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman disekitarnya dan senyawa yang bersifat alelopati disebut alelokimia.
Alelopati sebagai pengaruh langsung maupun tidak langsung dari suatu tumbuhan
terhadap tumbuhan lainnya, baik yang bersifat positif maupun negatif melalui
pelepasan senyawa kimia ke lingkungannnya (Chairunnisa, 2014).
Konsentrasi ekstrak 35% merupakan
konsentrasi terendah yang mampu menghambat perkecambahan gulma yang ditunjukkan
dengan menurunnya rerata panjang kecambah menjadi 1,29 cm (Tabel 1). Senyawa
alelopati yang terdapat di dalam ekstrak serasah daun mangga dapat menurunkan
panjang kecambah rumput grinting.
Semakin terhambatnya perkecambahan pada konsentrasi tertentu menunjukkan
besarnya kemampuan ekstrak serasah daun mangga dalam menghambat perkecambahan
gulma (Yulifrianti et al., 2015).
Kandungan Alelopati
Alelopati
sebagai suatu kadungan bahan kimia yang bersifat aktif maupun pasif yang
dibebaskan ke lingkungannya sehingga mempengaruhi organisme lainnya. Senyawa
alelopati kebanyakan dikandung pada jaringan tanaman, seperti akar, ubi,
rhizome, batang, daun, bunga, buah dan biji yang dikeluarkan tanaman melalui
cara penguapan, eksudasi akar, hasil lindihan dan pelapukan sisa-sisa tanaman
(Moenandir, 1988).
Penyusun
senyawa alelopati terdiri atas senyawa terpenoid yang terbagi dalam beberapa
kelompok seperti 1,8-cineole, camphor, α-pinen, β-pinen, champene dan tujon.
Selain itu terdapat juga senyawa alelopati yang larut dalam air seperti o-asam
koumarik, p-OH asam benzoad yang terdiri atas asam vanilik dan asam ferulik
(Djazuli, 2011).
Beberapa
senyawa yang diidentifikasi sebagai alelopati adalah flavanoid, tanin,
asam fenolat, asam ferulat, kumarin, terpenoid, stereoid, sianohidrin, quinon,
asam sinamik dan derivatnya (Fujii et
al., 1991).
Bentuk aksi
senyawa alelopati sangat bervariasi dan besarnya belum semuanya diketahui.
Sangat sedikit jenis tanaman yang diketahui sebagai penghasil alelopati. Untuk
bisa mengetahui tumbuhan yang berpeluang mengandung senyawa alelopati
diseebutkan adalah tumbuhan yang mengisi pertama kali kehidupan suksesi, jenis
eksotis dan introduksi pada suatu lahan dapat berpeluang menjadi senyawa
alelopati. Senyawa lain yang berperan sebagai alelopati adalah Kelompok fenol
yang berperan dalam penghambatan perkecambahan kelompok rumput-rumputan dan
herba (Moenandir, 1988).
Hasil
penelitian lainnya telah dilaporkan bahwa senyawa alelopati juga dapat merusak
dan menghambat pertumbuhan tanaman penghasil senyawa alelopati itu sendiri yang
disebut dengan autotoksik (Hasanuzzaman, 1995).
Saat ini kebutuhan dan penggunaan
herbisida kimia sintetis untuk tanaman perkebunan sangat tinggi. Dalam rangka
mendukung gerakan pertanian organik di Indonesia, diperlukan pestisida organik
khususnya herbisida organik yang efektif untuk menekan pertumbuhan gulma
terutama pada tanaman perkebunan
(Djazuli, 2011).
(Djazuli, 2011).
Selain pengaruh
negatif bagi pertumbuhan tanaman lain dan dirinya sendiri, senyawa alelopati
ternyata mempunyai potensi yang sangat baik untuk bahan baku herbisida organik.
Sebagai contoh, eksudat rhizome alang-alang sangat efektif untuk menghambat
pertumbuhan gulma daun lebar, sedangkan ekstrak akar jagung dapat digunakan
untuk menghambat gulma melalui peningkatan aktivitas enzim katalase dan
peroksidase. Namun demikian, penggunaan ekstrak rhizome alang-alang perlu
dibatasi mengingat ekstrak alang-alang tersebut juga dapat menghambat
pertumbuhan ubi kayu dan ketimun (Hasanuzzaman, 1995).
Pengaruh Alelopati Terhadap Perkecambahan
Jagung (Zea mays L.)
Ada berbagai
faktor penghambat yang dapat mengganggu proses perkecambahan jagung, salah
satunya adalah pengaruh alelopaty yang dikeluarkan oleh tumbuhan disekitarnya
yang dapat menghambat bahkan mematikan fase perkecambahan. Penelitian Febian
Tetelay (2003) tentang pengaruh Allelopathy dari Acacia mangium Wild
terhadap perkembangan binih kacang hijau (phasealus radiatus L) dan
benih jagung (Zea mays) yang dilaksanakan selama 1 bulan yaitu
dari bulan Januari sampai bulan Februari 2003 dengan lokasi penelitian
Hutan Pendidikan Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura Ambon.
Menghasilkan kesimpulan bahwa Allelopathy Acacia mangium Wild memberikan
pengaruh terhadap perkecambahan benih jagung (Zea mays), dimana
pengaruh yang diberikan berupa hambatan pada perkecambahan pada kedua
jenis benih ini (Rahmani, 2012).
Alang-alang
(Imperata cylindrica L.) yang masih hidup mengeluarkan senyawa alelopati lewat
organ dibawah tanah, jika 24 sudah mati baik organ yang berada di atas tanah
maupun yang di bawah tanah sama-sama dapat melepaskan senyawa alelopati.
Alang-alang (Imperata cylindrica L.) menyaingi tanaman lain dengan mengeluarkan
senyawa beracun dari akarnya dan dari pembusukan bagian vegetatifnya. Senyawa
yang dikeluarkan dari bagian tersebut adalah golongan fenol. Dengan senyawa
tersebut alang-alang mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga
pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun (Izah,
2009).
Perkecambahan
biji merupakan fase kritis pada pertumbuhan tanaman jagung, Tanaman jagung
berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di
luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu
ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang
agak kering. Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya, Jagung menghendaki beberapa
persyaratan salah satunya adalah perkecambahan biji yang baik dimana tidak ada
faktor penghambat yang mempengaruhi dalam berlangsungnya fase perkecambahan
(Rahmani, 2012).
Gangguan gulma
teki dapat menurunkan produksi dari berbagai tanaman, seperti jagung (41%),
bawang (89%), okra (62%), wortel (50%), kacang hijau (41%), ketimun (48%),
kobis (35%), tomat (38%), padi (38%) dan kapas (34%) (Rice, 1984). Penurunan
produksi tersebut akibat terjadi perubahan-perubahan karakter morfologi,
biokimiawi dan fisiologi. Kristanto et al. (2003) melaporkan bahwa alelopati
teki dan juga alang-alang menyebabkan ukuran organ berbagai tanaman legum dan
graminae menjadi lebih kecil, proses perkecambahan terhambat dan proses
penimbunan bahan kering menjadi terhambat sehingga produksi bahan kering
rendah. Ukuran organ daun yang lebih kecil dan tanaman lebih kerdil,
terhambatnya laju dan menurunnya prosentase perkecambahan, penurunan laju
fotosintesis dan laju pertumbuhan relatif akibat alelopati mencerminkan
terjadinya perubahan karakter morfologi, biokimiawi,.dan fisiologi tanaman
(Kristanto, 2006).
Untuk mendapatkan senyawa alelopati yang terdapat pada
beberapa gulma dilakukan metode khusus berupa pengekstrakan. Senyawa alelopati
hasil ekstrak tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman lain atau tanaman
budidaya. Pengendalian gulma yang ramah lingkungan atau yang berwawasan
lingkungan merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk menekan
kerugian yang diakibatkan oleh gulma. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan
menggali potensi senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan (alelokimia) yang
dapat dimanfaatkan sebagai bioherbisida. Menurut Rahayu (2003) dalam pertanian,
mekanisme alelopati diterapkan terutama untuk mengendalikan gulma dengan
mengisolasi alelokimia yang digunakan sebagai bahan aktif bioherbisida (Izah,
2009).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan di
Laboratorium Ekologi Tanaman Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan pada hari senin 28 Maret 2016 Pukul 10.00 WIB s/d selesai dengan ketinggian
tempat + 25 meter diatas permukaan laut.
Bahan dan Alat
Adapun bahan
yang digunakan rhizome alang – alang, atau teki atau daun akasia yang telah
dicuci bersih sebagai bahan cairan alelopati. Benih kedelai dan benih jagung
digunakan sebagai objek penelitian, pasir yang telah di gongseng dan diayak
sebagai media tanam, air untuk menyiram tanaman pada perlakuan control.
Adapun alat yang digunakan yaitu
blender sebagai alat penghalus rhizome alang – alang, teki dan daun akasia, cup
plastic sebagai wadah media tanam, timbangan sebagai alat untuk menimbang,
botol aqua sebagai wadah untuk cairan alelopati, pisau sebagai alat untuk
membersihkan umbi rhizome, jarum suntik sebagai alat untuk mengambil cairan
alelopati dari botol akua, buku data sebagai tempat menulis data, alat tulis
sebagai alat untuk menulis data, dan buku penuntun sebagai pedoman praktikum.
Prosedur Percobaan
1.
Disediakan100 gr rhizome alang – alang, atau teki atau daun akasia yang telah
dicuci bersih. Lalu, dipotong – potong untuk memudahkan penghancuran.
2.
Diblender rhizome alang – alang tersebut dengan terlebih dahulu ditambahkan air
dengan perbandingan 1 : 1 (larutan A); 1 : 2 (Larutan B) ; 1 : 3 (Larutan C) ;.
Dilakukan hal yang sama untuk umbi teki dan daun akasia.
3. Diambil
cup plastic sebanyak 12 buah
4.
Direndam benih jagung sebelum di kecambahkan dengan benlate selama 30 menit
5. Diambil 5 butir benih diletakkan diatas pasir
steril dalam cup plastik
6. Disiram sebanyak 3 cup plastik
dengan air biasa, 3 dengan larutan A, 3
dengan larutan B, dan 3 dengan larutan
C.
7. Dihitung presentase kecambah untuk
masing – masing perlakuan konsentrasi dengan menggunakan rumus :
Jumlah benih yang berkecambah x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan.
Hasil
Parameter : persentase perkecambahan
(%)
PERLAKUAN
|
JUMLAH BENIH BERKECAMBAH
|
PERSENTASE PERKECAMBAHAN
|
Kontrol
|
3
|
100 %
|
A1K1
|
3
|
100 %
|
A1K2
|
3
|
100 %
|
A1K3
|
3
|
100 %
|
A1K4
|
2
|
67 %
|
A2K1
|
3
|
100 %
|
A2K2
|
1
|
33,3 %
|
A2K3
|
3
|
100 %
|
A2K4
|
2
|
67 %
|
A3K1
|
3
|
100 %
|
A3K2
|
3
|
100 %
|
A3K3
|
3
|
100 %
|
A3K4
|
3
|
100 %
|
Parameter
:rata-rata tinggitanaman (cm)
WAKTU PENGAMATAN (HST)
|
PERLAKUAN
|
|||||||||||||
KONTROL
|
A1K1
|
A1K2
|
A1K3
|
A1K4
|
A2K1
|
A2K2
|
A2K3
|
A2K4
|
A3K1
|
A3K2
|
A3K3
|
A3K4
|
||
8 HST
|
23,1
|
11,8
|
22,5
|
15
|
22,3
|
17
|
16,3
|
6,7
|
27,1
|
14,5
|
24,3
|
22,9
|
26,2
|
|
9 HST
|
26,5
|
12,8
|
25
|
16,1
|
23,9
|
18
|
17,2
|
7
|
27,4
|
15,5
|
25,4
|
24,6
|
27,8
|
|
10 HST
|
30,1
|
14,2
|
26,9
|
17,6
|
24,6
|
18,7
|
17,9
|
7,2
|
28,4
|
16,1
|
26,9
|
25,9
|
29,8
|
|
11 HST
|
32,5
|
15,5
|
29,5
|
18,9
|
26,7
|
19,7
|
18,9
|
7,6
|
30,1
|
16,8
|
28,1
|
17,7
|
31,5
|
|
12 HST
|
35,3
|
16,8
|
31,7
|
19,4
|
27,9
|
20,7
|
20,3
|
7,9
|
32
|
17,7
|
30,4
|
29,8
|
33,9
|
|
13 HST
|
36,4
|
21,7
|
33,3
|
21,3
|
30,5
|
21,5
|
20,8
|
8
|
33,1
|
18,7
|
31,3
|
33,8
|
35,9
|
Parameter : rata-rata jumlah daun (helai)
WAKTU PENGAMATAN (HST)
|
PERLAKUAN
|
|||||||||||||
KONTROL
|
A1K1
|
A1K2
|
A1K3
|
A1K4
|
A2K1
|
A2K2
|
A2K3
|
A2K4
|
A3K1
|
A3K2
|
A3K3
|
A3K4
|
||
8 HST
|
2
|
1,7
|
2
|
1,7
|
1,3
|
1
|
1,7
|
1,3
|
2
|
1,3
|
2
|
2,3
|
2
|
|
9 HST
|
2,3
|
1,7
|
2,3
|
2
|
1,7
|
1,3
|
2,3
|
1,3
|
2
|
1,3
|
2,3
|
3
|
3
|
|
10 HST
|
2,7
|
1,7
|
2,7
|
2
|
2,7
|
1,7
|
2,3
|
1,3
|
2,3
|
1,7
|
2,3
|
3
|
3
|
|
11 HST
|
3,3
|
1,7
|
2,7
|
2
|
2,7
|
1,7
|
2,3
|
1,3
|
2,7
|
1,7
|
3
|
3
|
3
|
|
12 HST
|
3,3
|
1,7
|
2,7
|
2
|
2,7
|
1,7
|
2,3
|
1,3
|
2,7
|
1,7
|
3
|
3
|
3
|
|
13 HST
|
3,3
|
1,7
|
2
|
1,3
|
1,7
|
1,3
|
1,7
|
1,3
|
3
|
2
|
2,7
|
3
|
3
|
Parameter : panjang akar (cm)
PERLAKUAN
|
Panjang
Akar
|
Kontrol
|
21,7
|
A1K1
|
12,9
|
A1K2
|
8
|
A1K3
|
12,2
|
A1K4
|
13,2
|
A2K1
|
19,1
|
A2K2
|
13
|
A2K3
|
15,2
|
A2K4
|
11,7
|
A3K1
|
11,2
|
A3K2
|
10,4
|
A3K3
|
10,7
|
A3K4
|
10,3
|
Parameter : volume akar (cm3)
PERLAKUAN
|
Volume
Akar
|
Kontrol
|
1,8
|
A1K1
|
1,2
|
A1K2
|
0,8
|
A1K3
|
1,2
|
A1K4
|
1,3
|
A2K1
|
1,3
|
A2K2
|
1,3
|
A2K3
|
1,3
|
A2K4
|
1
|
A3K1
|
1,3
|
A3K2
|
1,2
|
A3K3
|
1,5
|
A3K4
|
1
|
Pembahasan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa untuk parameter presentase
perkecambahan yang tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol, A1K1,A1K2,A1K3,A2K1, A3K1, A3K2, A3K3, A3K4 yakni 100% hal
ini disebabkan karena benih jagung yang bagus didukung oleh tidak adanya masa
dormansi pada biji, dan presentase perkecambahan yang terendah adalah pada
perlakuan A2K2 yakni 33,33%, hal ini
disebabkan oleh mutu benih jagung yang kurang baik dari awal. Dalam
pengaplikasian juga ekstrak dari senyawa alelopati dapat menyebabkan dampak
yang buruk bagi tanaman budidaya. Hal ini sesuai dengan literatur Izah (2009)
yang menyatakan bahwa Senyawa alelopati hasil ekstrak tersebut dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman lain atau tanaman budidaya.
Dari praktikum
yang telah dilakukan panjang akar yang tertinggi terdapat pada perlakuan
Kontrol yakni 21,7 cm. Hal ini
disebabkan oleh karena tidak adanya perlakuan pemberian alelopati, sehingga
pertumbuhan tanaman jagung tidak terhambat. Sedangkan untuk yang terendah adalah
pada perlakuan A1K2
yakni 8 cm, hal ini
disebabkan oleh perlakuan alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman
termasuk panjang akar, daun, diameter, bobot basah, dan perkecambahan. Hal ini
sesuai dengan literatur Kristanto (2006) yang menyatakan bahwa ukuran organ
berbagai tanaman legum dan graminae menjadi lebih kecil, proses perkecambahan
terhambat dan proses penimbunan bahan kering menjadi terhambat sehingga
produksi bahan kering rendah. Ukuran organ daun yang lebih kecil dan tanaman
lebih kerdil, terhambatnya laju dan menurunnya prosentase perkecambahan,
penurunan laju fotosintesis dan laju pertumbuhan relatif akibat alelopati
mencerminkan terjadinya perubahan karakter morfologi, biokimiawi,.dan fisiologi
tanaman.
Volume akar
yang tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol yakni 1,8 cm3,
hal ini disebabkan oleh tidak adanya perlakuan alelopati dan hanya disiram
dengan air yang memang dibuthkan tanaman, sedangkan untuk volume akar terendah
adalah pada perlakuan A1K2 yakni 0,8 cm3,
hal ini disebabkan karena adanya perlakuan alelopati pada perlakuan tersebut
yang menghambat pertumbuhan akar tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Izah
(2009) yang menyatakan bahwa Senyawa yang dikeluarkan dari bagian tersebut
adalah golongan fenol. Dengan senyawa tersebut alang-alang mempunyai kemampuan
bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat,
dan hasilnya semakin menurun.
Dari parameter
tinggi tanaman yang tertinggi adalah pada perlakuan control yakni 36,4 cm pada 13 HST dan yang terendah adalah pada perlakuan A2K3 yakni 8 cm pada 13 HST, hal ini
membuktikan bahwa alelopati bersifat alelokimia sehingga menghambat pertumbuhan
tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Kristanto (2006) yang menyatakan bahwa
alelopati teki dan juga alang-alang menyebabkan ukuran organ berbagai tanaman
legum dan graminae menjadi lebih kecil, proses perkecambahan terhambat dan
proses penimbunan bahan kering menjadi terhambat sehingga produksi bahan kering
rendah. Ukuran organ daun yang lebih kecil dan tanaman lebih kerdil,
terhambatnya laju dan menurunnya prosentase perkecambahan, penurunan laju
fotosintesis dan laju pertumbuhan relatif akibat alelopati mencerminkan
terjadinya perubahan karakter morfologi, biokimiawi,.dan fisiologi tanaman.
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa untuk parameter rata-rata jumlah daun
yang tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol yakni 3,3 helai dan yang terendah adalah pada perlakuan A1K3, A2K1 dan A2K3 yakni 1,3 helai hal ini dikarenakan alelopati
menghambat pertumbuhan tanaman dan bersifat toksik. Hal ini sesuai dengan
literaturRahmani (2012) yang menyatakan bahwa Allelopathy Acacia mangium Wild
memberikan pengaruh terhadap perkecambahan benih jagung (Zea mays),
dimana pengaruh yang diberikan berupa hambatan pada perkecambahan pada
kedua jenis benih ini.
KESIMPULAN
1. Untuk parameter presentase
perkecambahan yang tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol, A1K1,A1K2,A1K3,A2K1, A3K1, A3K2, A3K3, A3K4 yakni 100% dan presentase perkecambahan yang
terendah adalah pada perlakuan A2K2 yakni 33,33%.
2. Panjang akar yang tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol
yakni Kontrol
yakni 21,7 cm.Dan yang terendah pada perlakuan A1K2 yakni 8 cm.
3.
Volume akar yang tertinggi terdapat
pada perlakuan Kontrol yakni 1,8 cm3. Sedangkan untuk volume akar terendah adalah pada
perlakuan A1K2 yakni 0,8 cm3.
4. Dari parameter tinggi tanaman yang tertinggi adalah pada
perlakuan control yakni 36,4 cm pada 13 HST
dan yang terendah adalah pada perlakuan A2K3 yakni 8 cm pada 13 HST.
5. jumlah daun yang tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol yakni 3,3 helai dan yang terendah adalah pada perlakuan A1K3, A2K1 dan A2K3 yakni 1,3 helai.
DAFTAR
PUSTAKA
Chairunnisa.
2014. Pengaruh Ekstrak Alelopati Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annum L.). Fakultas Ilmu Sains Universitas Islam Negeri Riau. Skripsi.
Pekanbaru.
Djazuli, M.
2011. Alelopati pada Beberapa Tanaman Perkebunan dan Teknik Pengendalian serta Prospek Pemanfaatannya. Balai
Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik, Bogor.
Djazuli, M. dan
H. Maslahah. 2012. Studi alelopati pada tanaman nilam. Laporan Penelitian, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
TA, Bogor.
Fatmawati, S.
2012. Alelopati Pada Tanaman Pangan. Artikel Pertanian. Protobont. Bogor.
Fujii, Y., M.
Furukawa, Y. Hayakawa, K. Sugawara and T. Shibuya. 1991. Survey of Japanese
medicinal plants for the detection of allelopathic properties. Weed Res, Japan.
Hasanuzzaman,
M. 1995. Allelopathy. Http://www.hasanuzzaman.weebly.com/all elopathy.pdf.
[28 April 2014]
Izah, L. 2009. Pengaruh Ekstrak Beberapa Jenis Gulma Terhadap Perecambahan Biji
jagung (Zea mays L.). Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Kristanto, B.A.
2006. Perubahan Karakter Tanaman Jagung (Zea
mays L.) Akibat Alelopati dan
Persaingan Teki. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.
MIG Corp. 2010.
Jagung (Zea mays L.). Balai
Penelitian Pertanian. Jakarta Selatan.
Modul
Pertanian. 2009. Budidaya Jagung (Zea mays L.). Buletin Pertanian. Diakses pada
tanggal 4 April 2014.
Moenandir, J.
1988. Persaingan Tanaman Budidaya
dengan Gulma. Rajawali Press.
Jakarta.
Najiyati,S.,
Danarti. 1992. Palawija Budidaya dan Analisis Usahatani. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Pinem, K., R. Racmat. K.. Sinta.
2009. Kajian Waktu Tanam Pada Tanaman Kedelai dan Jagung dengan Sistem Tumpang
Sari. Universitas Andalas. Padang.
Rahmani, R. 2012. Pengaruh Alelopati
Akasia (Acacia manginum Wild)
terhadap Perkecambahan Biji Jagung (Zea
mays L.)
Rubatzky, V. E dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 1. ITB Press,
Bandung.
Rukmana, R. 1997. Ubi Kayu: Budidaya dan
Pasca Panen. Yogyakarta, Kanisius.
Subekti, N. A.,
Syafruddin, Efendi, R. Sunarti, S. 2009. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan
Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros
Tjitrosoepomo, Gembong. 2007. Morfologi tumbuhan. Gadjah
Mada University
Press, Yogyakarta.
Universitas
Negeri Semarang. 2011. Alelopati. Diakses pada tanggal 24 Maret 2015.
Universitas
Sumatera Utara. 2008. Tanaman Jagung. Repository.usu.ac.id. Diakses pada
tanggal 2 April 2014.
Universitas
Sriwijaya. 2010. Tanaman jagung. Repository.ac.id. Diakses pada tanggal 2 Mei
2014.
Wirawan, B.,
Wahyuni, S. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yulifrianti, E., R. Linda., I.
Lovandi. 2015. Potensi Alelopati Ekstrak Serasah Daun Mangga (Mangifera indica (L.))
Terhadap Pertumbuhan Gulma Rumput Grinting (Cynodon dactylon (L.))
Press. Universitas Tanjung Pura. Pontianak.
LAMPIRAN
\
Tidak ada komentar:
Posting Komentar