PEMANFAATAN Sabadilla SEBAGAI PESTISIDA ALAMI
TUGAS
OLEH
:
GOODMAN
TAMPUBOLON/ 140301141
TAMBUN SIHOTANG /140301149
M
A T A K U L I A H P E R T A N I A N O R G A N I K
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
2016
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan kasih
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
tugasini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari tugas ini adalah “pemanfaatan sabadilla sebagai pestisida alami” merupakan tugas yang diberikan oleh Dosen Pengajar mata kuliah Penyuluhan Pertanian untuk dapat memenuhi komponen penilaian mata kuliah Pertanian Organik, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
Sebagai
wujud rasa syukur dan cerminan seorang anak sekaligus mahasiswa yang berbakti,
penulis ingin mencucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yang
tanpa lelah terus berusaha menguliahkan penulis agar menjadi seorang yang
berguna kelak, juga kepada dosen pengajar mata kuliah Pertanian Organik, serta
seluruh pihak yang membantu pernulis menyelesaikan tugas ini
Penulis
menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan saran dari pembaca yang bersifat membangun agar penulis dapat
lebih baik lagi kedepannya ini dan semoga tugas ini bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, April
2016
Penulis
PENDAHULUAN
Banyaknya
dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida kimia, mendorong
dibuat kesepakatan internasional untuk memberlakukan pembatasan penggunaan
bahan-bahan kimia pada proses produksi terutama pestisida kimia sintetik dalam
pengendalian hama dan penyakit di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan
dan mulai mengalihkan kepada pemanfaatan jenis-jenis pestisida yang aman bagi
lingkungan. Kebijakan ini juga sebagai konsekuensi implementasi dari konferensi
Rio de Jainero tentang pembangunan yang berkelanjutan.
Kebijakan
ditingkat internasional telah mendorong pemerintah Indonesia mengeluarkan
kebijakan nasional dalam perlindungan tanaman, untuk menggalakkan program Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) dengan mengutamakan pemanfaatan agens pengendalian hayati
atau biopestisida termasuk pestisida nabati sebagai komponen utama dalam sistem
PHT yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 1995. Karena
pemanfaatan agens pengendalian hayati atau biopestisida dalam pengelolaan hama
dan penyakit dapat memberikan hasil yang optimal dan relatif aman bagi makhluk
hidup dan lingkungan. Dalam perkembangannya, kemudian dilakukan pengurangan
peredaran beberapa jenis pestisida dengan bahan aktif yang dianggap persisten,
yang antara lain dituangkan melalui Keputusan Menteri Pertanian No.
473/Kpts/Tp.270/6/1996.
Dalam
era globalisasi, kebijakan ini juga sebagai salah satu syarat untuk kualitas
produk ekspor, sehingga meningkatkan daya saing produk kita, baik di pasar
lokal, regional maupun di pasar internasional. Terkait dengan hal tersebut,
kemudian para peneliti di bidang kehutanan khususnya peneliti perlindungan
hutan mulai tertarik untuk melakukan penelitian dan pemanfaatan biopestisida
dan pestisida nabati dalam kegiatan perlindungan hutan. Walaupun sampai saat
ini penelitian dan pemanfaatan biopestisida, khususnya pestisida nabati masih
terbatas pada skala laboratorium dan persemaian, namun peluang dan prospek
pemanfaatan biopestisida dalam pengendalian hama dan penyakit cukup menjanjikan
karena beberapa keunggulan yang dimilikinya.
Pada
umumnya, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya
berasal dari tumbuhan. Menurut FAO (1988) dan US EPA (2002), pestisida nabati
dimasukkan ke dalam kelompok pestisida biokimia karena mengandung biotoksin.
Pestisida biokimia adalah bahan yang terjadi secara alami dapat mengendalikan
hama dengan mekanisme non toksik.
Secara
evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat pertahanan alami
terhadap pengganggunya. Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia yang merupakan
metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari
serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan bahan bioaktif,
walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder yang telah
teridentifikasi, tetapi sesungguhnya
jumlah bahan
kimia pada tumbuhan dapat melampaui 400.000. Grainge et al., 1984 dalam
Sastrosiswojo (2002), melaporkan ada 1800 jenis tanaman yang mengandung
pestisida nabati yang dapat digunakan untuk pengendalian hama. Di Indonesia,
sebenarnya sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati, dan
diperkirakan ada sekitar 2400 jenis tanaman yang termasuk ke dalam 235 famili
(Kardinan, 1999). Menurut Morallo-Rijesus (1986) dalam astrosiswojo
(2002), jenis tanaman dari famili Asteraceae, Fabaceae dan Euphorbiaceae, dilaporkan
paling banyak mengandung bahan insektisida nabati.
Sabadilla
cevadilla
Sabadilla.
Cevadilla.-Benih masak kering Schoenocaulon officinale (Schlecht.) A. Gray
[Sagrada officinalis (Rantai. Dan Schlecht.) Lindl.], Yang diakui oleh Br.
Pharm. dari tahun 1885. Pada suatu waktu cevadilla umumnya diyakini berasal
dari Veratrum Sabadilla Schiede. tanaman tumbuh di Andes Meksiko dan di
pegunungan Guatemala dan Venezuela. Hal ini juga dibudidayakan. Buah adalah
kapsul memiliki tiga locules di masing-masing ada 3-4 biji. Sebuah kemiripan,
ada atau seharusnya, antara buah ini dan bahwa jelai dikatakan telah
memunculkan nama cevadilla Spanyol, yang merupakan kecil jelai. Benih-benih
tersebut memanjang, menunjuk pada setiap akhir, datar di satu sisi dan cembung
di sisi lain, agak melengkung, 5 sampai 8 mm. panjang, keriput, sedikit
bersayap, hitam atau coklat tua di luar, keputihan dalam, keras, yg tdk berbau,
dan rasa sangat tajam, membakar, dan tahan lama.
Sabadilla
(Schoenocaulon officinale) Ini adalah tanaman bersifat insektisidal yang
terutama terkenal di Venesuela, Kolombia dan Meksiko. Di Peru tanaman ini konon
diintroduksikan sebelum tahun 50-an agar dapat mengendalikan infeksi kulit
karena Sabadilla membunuh kutu dan tungau. Setelah introduksi DDT di negara
ini, penggunaan tanaman ini menurun terus, sampai pada hari ini sifat
insektidalnya nyaris diketahui oleh petani dan karyawan muda di bidang
pertanian. Petani menyatakan bahwa tanaman ini sedang hilang oleh karena
kebakaran dan hanya masih dapat ditemukan di daerah yang berbukit dan bermutu
rendah. Sabadilla adalah tanaman tetap hijau yang termasuk keluarga bunga iris.
Yang mempunyai sifat insektisidal adalah biji yang matang. Hama yang utama
dikendalikannya adalah kutu, fall army worm (semacam ulat) corn borers (semacam
penerowong jagung), tungau, trip, kutu daun dan kacoa (Gaby Stoll. 2000)
Campuran
minyak mentah alkaloid dari biji Sabadilla,
Schoenocaulon officinale Abu-abu (Liliaceae),telah digunakan sebagai
insektisida sejak prasejarah kali dan secara luas digunakan sebagai
komersialinsektisida sampai mereka digantikan oleh insektisida sintetis setelah Perang Dunia II
(untuk tinjauan lihat Crosby 1971). Komponen utama dari fraksi insektisida
Sabadilla yang cevadine dan veratridine, yang masing-masing merupakan ester
daristeroid alkanolamina, veracevine. Sejumlah
alkaloid terkait terjadi pada Sabadilla, tetapi pada jauh lebih rendah konsentrasi
(Holan et al. 1984). evaluasi sebelumnya dari toksisitas cevadine dan
veratridine untuk serangga menunjukkan bahwa meskipun keduanya lebih beracun
dari veracevine, toksisitas relatif mereka spesies-spesifik. Veratridine lebih
beracun dari cevadine untuk lalat rumah, Musca domestica L. (Ikawa et al. 1945,
Bergmann et al. 1958), tapi cevadine lebih beracun daripada veratridine baik
dengan besar milkweed bug, Oncopeltus fasciatus (Dallas), danbelalang
redlegged, Melanoplus femurrubrum(De Geer) (Allen et al. 1945).
Sabadilla
adalah tanaman beracun yang ditemukan tumbuh secara alami di Amerika Tengah dan
Meksiko. Seorang anggota keluarga lily, Sabadilla juga dapat dibudidayakan di
berbagai belahan Amerika Utara dan Selatan. Tanaman ini tidak hanya insektisida
populer, tetapi juga membentuk dasar untuk obat homeopati dengan nama yang
sama.
PENGELOLAHAN
HAMA TERPADU menyiratkan bahwa teknik
yang digunakan untuk mengelola satu spesies hama harus tidak mengganggu teknik yang digunakan untuk
mengelola hama lainnya dari tanaman yang sama. Secara khusus, pilihan pestisida
untuk pengelolaan hama terpadu diatur tidak hanya oleh pertimbangan khasiat
terhadap menargetkan hama, tetapi juga oleh pertimbangan dari efek pada agen
kontrol biologis dari kedua target dan non target hama.
KESIMPULAN
1.
Pada umumnya, pestisida nabati
diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan
2.
Tumbuhan mengandung banyak bahan
kimia yang merupakan metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai
alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu.
3.
Sabadilla (Schoenocaulon
officinale) adalah tanaman bersifat insektisidal yang terutama terkenal di
Venesuela, Kolombia dan Meksiko. Di Peru tanaman ini konon diintroduksikan
sebelum tahun 50-an agar dapat mengendalikan infeksi kulit karena Sabadilla
membunuh kutu dan tungau.
4.
Sabadilla adalah tanaman beracun
yang ditemukan tumbuh secara alami di Amerika Tengah dan Meksiko.
5.
Sabadilla (Schoenocaulon
officinale) mengandung 2 jenis bahan alkaloid yaitu cavadine dan veratridine.
DAFTAR PUSTAKA
Allen,
T. C., K. O. Link, M. Ikawa, and L. K. Brunn. 1945. The relative
effectiveness of the
principle alkaloidsof sabadilla seed. J. Econ. Entomol. 38: 293-296.
Bellows, T. S., J. G. Morse, D. G. Hadjidemetriou,and
Y. Iwata. 1985. Residual toxicity offour insecticides used for control of
citrus thrips (Thysanoptera: Thripidae) on three beneficial species in a citrus
agroecosystem. J. Econ. Entomol. 78: 681-686.
Crosby,
D. G. 1971. Minor insecticides of plant origin, pp. 177-239. In M.
Jacobson and D. G. Croshy [eds.], Nahlrally occurring insecticides. Marcel Dekker,
New York.
Ikawa,
M., R. J. Dicke, T. C. Allen, and K. P. Link. 1945. The principal alkaloids of
sabadilla seed and their toxicity to Musca dOlllestica L. J. BioI. Chem. 159: 517-524.
Walton, R. R. 1947. Effects of
chlorinated hydrocarbons and sabadilla on insects and plants. J. Econ. Entomol.
40: 389-395.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar